Rabu, 30 Juni 2010

BAB II
PENGARUH KEHANCURAN ISLAM DI ANDALUSIA TERHADAP PERKEMBANGAN ISLAM DI EROPA

2.1. Sekilas Tentang Andalusia
Andalusia (Arab: al-andalus) adalah nama dari bagian Semenanjung Iberia, terletak di ujungbarat daya Eropa, yang terdiri dari Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar dan sedikit Perancis. Dari tiga semenanjung Eropa (Semenanjung Iberia, Italia, dan Balkan), Iberia terletak di wilayah paling barat dan selatan. Berbatasan di selatan dan barat dengan Samudera Atlantik. Pegunungan Pyrenees membentuk ujung timur laut semenanjung, menghubungkannya dengan keseluruhan Eropa. Di selatan, daerah ini mendekati pantai utara Afrika. Merupakan semenanjung terbesar kedua di Eropa, dengan luas 582.860 km². Nama "Iberia" juga digunakan sejak Yunani Kuno dan Romawi Kuno untuk teritori lainnya di sudut seberang Eropa, Iberia Kaukasia, di Georgia. yang diperintah oleh orang Islam, dalam berbagai waktu antara tahun 711 dan 1492 M.
Sebelum dikuasai oleh orang-orang Islam, Andalusia adalah suatu wilayah dari kekuasaan Romawi. Pada awal abad ke-5 Masehi, daerah tersebut dikuasai oleh bangsa Vandal, dan sejak itu tanah tersebut dinamai Vandalusia, yang artinya negeri bangsa vandal. Kemudian datanglah bangsa Gothia Barat ke Andalusia, mereka berhasil mengalahkan dan mengusir bangsa Vandal ke Afrika.
Andalusia dikenal sejak dikuasai oleh Yunani, kemudian oleh kekaisaran Romawi. Pada zaman Romawi agama Kristen menyebar luas di Andalusia. Setelah itu Andalusia dikuasai kerajaan Visigoth atau Gothia Barat. Karena Raja Roderick (711) memerintah dengan sewenang-wenang, Julian, keluarga Roderick yang menjadi gubernur di Ceuta, menaruh dendam kepadanya. Akibat dendam tersebut Julian meminta bantuan militer kepada kekuasaan Islam.

2.2. Proses Masuknya Islam Di Andalusia
Umat Islam mulai menaklukan Semenanjung Iberia pada zaman Khalifah Al-Walid Ibn Abd Al-Malik (86-96H./705-715M.). Ekspansi pasukan muslim ke Semenanjung Iberia (Andalusia), gerbang barat daya Eropa, merupakan serangan terakhir dan paling dramatis dari seluruh operasi militer penting yang dijalankan oleh orang-orang Arab. Serangan itu menandai puncak ekspansi muslim ke wilayah Afrika-Eropa, seperti halnya penaklukan Turkistan yang menandai titik terjauh ekspansi ke kawasan Mesir-Asia.
Khalifah Al-Walid mengizinkan gubernurnya Musa bin Nusyair untuk mengirimkan pasukan militer ke Spanyol. Pada awalnya, Musa bin Nusyair mengutus Tharif bin Malik untuk memimpin pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah-daerah sasaran. Dengan membawa balatentara berkekuatan seratus pasukan kavaleri dan empat ratus pasukan infanteri, mendarat di Semenanjung Kecil yang terletak hampir di ujung paling selatan benua Eropa. Semenanjung ini, sekarang disebut Tarifa, sejak saat itu, menyandang nama Jazirah (kepulauan) Tharif. Berhasil memukul mundur pasukan Bizantium selamanya dari wilayah barat Kartago dan perlahan-lahan meluaskan penaklukannya sampai ke Atlantik., sehingga memberikan batu loncatan kepada Islam untuk menyerang Eropa. Terdorong oleh keberhasilan Tharif dan melihat adanya konflik penguasa di Kerajaan Spanyol Gothia Barat, juga didorong oleh hasrat untuk memperoleh barang rampasan, bukan hasrat untuk menaklukan, Musa mengutus seorang budak Barbar yang sudah dibebaskan, Thariq bin Ziyad, pada tahun 711 M, ke Spanyol memimpin 7.000 pasukan, yang sebagian besar terdiri atas orang-orang Barbar. Thariq mendarat dekat gunung batu besar yang kelak mengabadikan namanya, Jabal (gunung) Thariq (Gibraltar). Kapal-kapal mereka disediakan oleh Julian, pangeran Ceuta, yang namanya cukup melegenda, meskipun lebar selat itu hanya sekitar tiga belas mil.
Dengan kekuatan tambahan, Thariq yang mengepalai 12.000 pasukan, pada 19 Juli 711 M, berhadapan dengan pasukan Raja Roderick di mulut Sungai Barbate di pesisir Laguna Janda. Roderick berhasil naik tahta setelah menggulingkan pendahulunya, putra Witiza. Kendati berjumlah 25.000 orang, tentara Gothia Barat bisa dikalahkan karena adanya pengkhianatan dari tentaranya. Akhirnya, Thariq bin Ziyad berhasil menguasai hampir seluruh kota yang ada di Semenanjung Iberia atas bantuan Musa bin Nusyair.
Penaklukan tersebut dipimpin langsung oleh panglima kaum muslimin, Musa bin Nusyair, yang bertekad untuk menyebrangi selat yang memisahkan benua Afrika dan Eropa. Tujuannya untuk menyebarkan Islam di Eropa dan memasukannya menjadi bagian dari pemerintahan Islam. Lalu, dia memberangkatkan panglima Islam asal Barbar yang bernama Thariq bin Ziyad ke Andalusia melalui laut.
Dikisahkan bahwa Musa membakar kapal-kapal perangnya dengan tujuan untuk memupus semua harapan pasukannya untuk balik kembali ke Afrika atau melarikan diri. Dia menyampaikan satu pidatonya yang sangat terkenal dengan mengatakan, “Wahai manusia, ke mana lagi kita akan melarikan diri? Lautan berada di belakang kalian, sedangkan musuh telah menghadang di depan kalian. Tidak ada pilihan bagi kalian, kecuali jujur pada diri sendiri dan sabar.” Setelah itu, dia terjun dalam sebuah peperangan yang sangat sengit. Diantara perang yang paling terkenal adalah perang Lembah Lakah dan dia berhasil mengalahkan Gothia dan membunuh raja mereka, Luzbrig. Andalusia berhasil ditaklukan pada tahun 92 H/ 710 M. kemudian, Thariq dan Musa sampai kepegunungan Baranes dan berhasil menaklukkan semua wilayah itu, kecuali Jaliqiyah. Akhirnya Musa bin Nusyair mendeklarasikan Semenanjung Iberia sebagai bagian dari kekuasaan Umayyah yang berpusat di Damaskus.
Panglima Thariq terus melakukan ekspansi dengan menaklukan kota Cordova, Malaga, Granada, dan akhirnya sampai di kota Toledo, ibu kota kerajaan Ghotia, yang telah ditinggalkann oleh tentara Ghothia. Ketika memasuki kota Toledo, panglima Thariq hanya mendapatkan bangsa Yahudi dan pendeta-pendeta Nashrani. Thariq memerintahkan kepada pasukannya agar jangan mengganggu gereja-gereja dan biara-biara, serta menyerukan kepada umat Kristen dan Yahudi bahwa mereka dibebaskan untuk memeluk agamanya masing-masing.
Selanjutnya atas perintah Khalifah Al-Walid, Musa dan Thariq meneruskan penaklukannya ke daerah Spanyol utara. Mereka berhasil menguasai wilayah Aragon, Castilia, dan Catalonia serta menduduki kota Zaragoza dan Barcelona. Mereka terus bergerak ke utara dan akhirnya sampai dikaki pegunungan Pyrenia, yaitu daerah Navarre. Dengan demikian, semenanjung Iberia atau Andalusia telah dikuasai oleh umat Islam. Sesungguhnya cita-cita Musa tidak saja hanya ingin menguasai daratan andalusia. Musa berkeinginan meneruskan penaklukan ke tanah Gallia selatan (Perancis selatan), terus ke timur sampai ke kota Konstantinopel (ibukota Romawi timur). Dengan demikian, ia hendak menjadikan laut tengah menjadi danau miliknya bangsa Arab. Namun keinginannya dilarang Khalifah Al-Walid karena dapat menimbulkan kebinasaan atas umat Islam. Namun, di zaman Khalifah Umar Ibn Abd Al-Azis pada tahun 99 H (717M), serangan ke Perancis selatan dilakukan melalui pegunungan Pyrenia, dan pimpinan pasukan dipercayakan Al-Samah, tetapi usahanya itu gagal dan ia sendiri terbunuh. Selanjutnya penyerangan ke daerah tersebut dipimpin oleh Abd Ar-Rahman Ibn Al-Ghafiki. Dengan mulai menyerang Bordeau dan Poiters. Dari sana, ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan ini yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiki berhasil ditahan oleh tentara Charles Martel, bahkan ia sendiri terbunuh dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Sesudah itu, masih juga tedapat ekspansi-ekspansi tentara Islam seperti Avirignon tahun 734 M, ke Lyon tahun 743 M dan pulau-pulau yang terdapat di laut tengah. Majorca, Corsica, Sardinia, Creta, Rhodes, Cyprus, dan sebagian dari Sicilia juga jatuh ketangan tentara Islam dizaman bani Umayyah..
2.3. Perkembangan Islam di Andalusia
a. Masa kejayaan
Sejak pertama kali kekuasaan Islam menginjakkan kakinya ditanah Spanyol hingga jatuhnya kekhalifahan Islam disana, Islam memainkan peranan yang sangat penting dan besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad lamanya (711-1492 M). Islam berkembang dari mulai Dinasti Umayyah II dilanjutkan oleh Dinasti Murabitun, Muwahiddun, dan Bani Ahmar. Islam mulai berkembang di Andalusia ketika berdirinya dinasti Umayyah II. Ketika daulah Umayyah diDamaskus dihancurkan oleh Bani Abbas, Abd Ar-Rahman Ibn Muawiyah berhasil meloloskan diri dan menginjakkan kakinya di Andalusia pada tahun 132H/750M. Ia diberi gelar Ad-Dakhil, karena ia adalah pangeran Dinasti Umayah pertama yang menginjakkan kakinya di Semenanjung Iberia. Ia berhasil menyingkirkan Yusuf Ibn Abd Ar-Rahman Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada Dinasti Bani Abbas pada tahun 138H/ 756M. Abd Ar-Rahman Ad-Dakhil memproklamirkan bahwa Andalusia lepas dari kekuasaan Dinasti Bani Abbas dan ia memakai gelar amir bukan khalifah. Tetapi, secara tidak langsung ia masih mengakui bahwa kekhalifahan dipegang Bani Abbasyiah.
Pada masa awal pemerintahan Bani Umayyah II, kondisi Andalusia belum stabil. Hal ini disebabkan adanya perselisihan dikalangan umat Islam sendiri. Perselisihan itu terjadi antara suku Barbar dan suku Arab. Perselisihan tersebut membuat kehidupan masyarakat dan politik pada masa itu relatif belum stabil. Disamping itu gangguan dari golongan Kristen juga masih terus terjadi. Adapun para penguasa bani umayyah yamg memerintah di spanyol, yang terkenal adalah sebagai berikut.
1. Abdurrahman Ad-Dakhil (Abdurrahman I), 756-788 M Setelah berhasil mendirikan sebuah pemerintahan yang merdeka, Abd Ar-Rahman Ad-Dakhil berusaha memantapkan pemerintahan sebagai langkah pertama. Hal itu dilakukannya dengan cara mematahkan segala perlawanan yang ditunjukan kepadanya. Beberapa kelompok Arab di Andalusia Timur meminta bantuan dari Charlemagne Agung dari Perancis. Kelompok ini mencoba mengusir Abd Ar-Rahman Ad-Dakhil dari Andalusia. Pasukan ini dipimpin oleh Roland. Dalam sebuah pertempuran di Roncesvaltes, Abd Ar-Rahman Ad-Dakhil mampu mengalahkan mereka. Setelah itu, memperkuat dan mengorganisasikan tentaranya. Tentara islam itu direkrutnya dari orang-orang Barbar, Afrika utara, yang terkenal kuat. Dengan jumlah mencapai 40.000 orang, pasukannya menjadi sangat kuat.
Abdurrahman ad-dakhil membangun beberapa benda bersejarah yaitu, mesjid agung Cordova, jembatan sungai Guadalquivir, dan taman Munyal Ar-Rusafa. Dalam bidang seni dan kebudayaan, ia melindungi tokoh pujangga dan cendekiawannya di dalam istananya, yaitu Abi Al- Mutasya, Syaikh Abu Musa Hawari, Isa Bin Dinar, Yahya Bin Yahya, dan Said Bin Hasan. Dalam bidang pengetahuan, ia merintis berdirinya Universitas di Cordova, Sevilla, dan Toledo. Universtas-universtas tersebut menjadi sumber asli kebudayaan Arab, Islam, Kristen, dan Yahudi selama berabad-abad kemudian. Dia memerintah dengan ketegasan dan keadilan hingga meninggal pada tahun 788 M. Hal ini membuat wilayah kekuasaanya menjadi paling terorganisasi dengan ibu kota paling megah di Eropa.
2. Hisyam Bin Abdurrahman (Hisyam I) Hisyam naik tahta menggantikan ayahnya, Abdurrahman I. Ia terkenal sebagai khalifah yang saleh dan adil. Dalam pemerintahannya, ia membangun dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Dalam bidang pendidikan, ia mempergiat dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan penelitian. Dan telah mengembangkan penggunaan bahasa Arab dalam kehidupan masyarakat. Pada akhirnya, bahasa Arab lebih di utamakan daripada bahasa latin di Semenanjung Iberia. Dalam bidang keagamaan, ia mencoba memasukan mazhab Maliki ke Andalusia. Kitab Al-Muwatta` yang ditulis Imam Maliki dan disebarkan ke seluruh negeri. Ia juga sering memerhatikan rakyat kecil, dengan menyamar dan mendermakan sebagian harta kepada rakyatnya yang miskin serta mendengarkan keluhan-keluhan mereka. Di bidang kesusastraan, ia samangat menyukai sajak bahasa Arab. Amar Bin Ali Gaffar adalah seorang penyair yang termasyhur pada masanya. Hisyam meninggal dalam usia 40 tahun.
3. Abdurrahman Al-Ausat (Abdurrahman II), 822-852 M Abdurrahman II menggantikan ayahnya, Hakam, dalam usia 31 tahun. Ia bergelar Al-Ausat yang berarti yang menengah. Ia sangat dicintai rakyatnya. Selain mempunyai kemauan yang keras, ia juga berwawasan luas. Hal itulah yang membuatnya menjadi Amir yang berhasil. Dalam mengatasi politik dalam negerinya, ia berusaha mengamankan dan mengatasi huru-hara yang ada. Dengan demikian, jalannya pemerintahn stabil. Perekonomian rakyat pun meningkat pesat. Dalam mengatasi politik luar negerinya, ia membentuk armada laut guna menumpas perompakan yang di lakukan bangsa Normandia dari Semenanjung Skandinavia. Di wilayah utara, Alfonso II dari suku Leon melakukan penyerangan dengan bantuan beberapa kabilah Kristen. Namun, semua itu dapat ditumpasnya. Ia juga sangat memerhatikan pendidikan dengan banyak membangun sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan besar. Pada masa itu banyak lahir intelektual dan filusuf muslim. Kebebasan beragama diterapkan pada masa itu. Dengan akhlak yang demikian itu justru mendorong banyak orang Kristen yang masuk islam. Ia juga menjcintai kesenian dan kesusatraan. Pada masanya muncul seorang pemain musik yang terkenal, yaitu Zaryab. Selain itu, Abdurrahman II juga membuat kota Cordova seperti Baghdad. Ia memperindah kota dengan gedung-gedung besar, mesjid, serta air mancur.
4. Abdurrahman An-Nashir (Abdurrahman III), 912-961 M Abdurrahman III mewarisi pemerintahan yang kacau balau dari ayahnya, Abdullah. Di seluruh penjuru negeri terjadi kekacauan dan pemberontakan. Abdurrahman III segera mengambil langkah untuk memadamkannya. Setelah berhasil memulihkan pemerintahan Dinasti Umayah di Andalusia, Abdurrahman III mendengar berita kematian Khalifah Al-Muqtadir di Baghdad pada tahun 932 M. Dengan meninggalnya Khalifah Al-Muqtadir, Abdurrahman III mengumumkan dirinya sebagai Khalifah. Dengan demikian, saat itu di dunia Islam terdapat dua Khalifah, yaitu Khalifah Bani Abbasyiyah di Baghdad dan Khalifah Bani Umayyah di Andalusia. Dalam menghadapi kelompok agama lain, Abdurrahman III bersikap toleran. Gereja-gereja diizinkan berdiri. Orang-orang Kristen bebas bekerja dalam dinas kenegaraannya. Ilmu pengetahuan juga berkembang pada masa itu. Ilmuwan-ilmuwan yang muncul pada masa Abdurrahman III, antara lain; Ibnu Al-Ahmar (Sejarawan), Ahmad bin Nasar (Astronom), Ibnu Masarah (Filusuf), Said bin Yahya bin Ishak (Dokter). Banyak buku Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Pada saat itu negara memiliki 75 perpustakaan. Selain itu, Abdurrahman III juga membangun istana Az-Zahra didekat Cordova yang memiliki 400 kamar serta memberikan pondokan kepada ratusan budak dan ribuwan pengawal. Pada masa itu Cordova menjadi kota yang sangat makmur yang hanya dapat disaingi oleh Baghdad dan Konstantinopel.
Cordova mencapai puncak kejayaanya pada masa pemerintahan Abdurrahman III (912-961M). Pada masa itu, Cordova mempunyai penduduk lebih dari setengah juta jiwa. Di kota itu terdapat 50 rumah sakit, 700 masjid, 800 sekolah, dan 300 tempat pemandian umum. Selain itu, Cordova penuh dengan gedung-gedung yang megah dan mewah. Yang paling megah ialah istana Khalifah Madinatuz-Zahra yang di bangun diatas bukit yang jauhnya 5 km dari pusat kota. Menurut riwayat, kota Cordova dibangun selama 40tahun dengan menghabiskan sepertiga dari seluruh pendapatan negara setiap tahunnya. Pekerja yang di gunakannya tidak kurang dari 10.000 orang setiap hari yang didatangkan dari berbagai negeri. Karena megah dan indahnya, kota Cordova disebut sebagai mutiara dunia. Sepeninggal Abdurrahman III, diangkatlah putranya yang bernama Hakam bin Abdurrahman (861-972M). Ia terkenal sebagai sarjana dan pencipta ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, tidaklah aneh apabila seluruh perhatian pada masa pemerintahanya dicurahkan untuk memajukan ilmu pengetahuan. Pada masa Hakam, universitas Cordova terkenal di seluruh dunia sehingga banyak mahasiswa Islam dan Kristen dari Eropa berdatangan untuk belajar. Selain itu, Di Cordova terdapat banyak perpustakaan, di antaranya yang terbesar adalah milik Khalifah sendiri. Perpustakaan ini memiliki koleksi kitab tidak kurang dari 40.000 jilid. Disamping itu, banyak toko-toko buku sehingga penduduk Cordova hampir tidak ada yang buta huruf.
Kekhalifahan di Cordova runtuh dengan terjadinya perang saudara antara tahun 1009 hingga 1013, meskipun belum sepenuhnya berakhir hingga tahun 1031. Negeri Andalusia kemudian terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negera kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Muluk Ath-Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Kerajaan Malaga, Zaragoza, Valencia, Badajoz, Sevilla, dan Toledo. Para raja-raja kecil itu, kemudian berseteru dan berperang satu sama lain tanpa sebab yang jelas. Hanyalah karena ingin saling menguasai. Kisah-kisah pengkhianatan, kisah-kisah perebutan puteri cantik dan perebutan harta mewarnai semua perseteruan itu. Mereka tak sadar umat Kristen telah mempersiapkan kekuatan untuk merebut kembali Spanyol. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana lain Pada periode Dinasti-dinasti dari Maroko, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan dinasti Murabithun (086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun, Zaragoza jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im. Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Yang pertama hancur adalah Toledo yang jatuh pada tahun 1085 di mana Raja Al Qadir Adzdzunnuniyah menyerah kepada Raja Leon Alfonso VII. Kemudian Mustansir al-Mudiayah menyerah kepada Ramire II dari Aragon. Kerajaan Cordova yang terbesar di Andalusia jatuh pada tahun 1236 dan Kerajaan kedua terbesar Sevilla luluh-lantah dan takluk pada tahun 1248. Sisa-sisa umat Islam di Andalusia itu masih dapat bertahan dan bangun kembali di Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Universitas Granada dan Istana Al Hambra yang termasyhur itu pun dibangun walau di tengah ancaman tentara musuh. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Muhammad Abdullah IX tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Akhirnya, keemasan Granada Kerajaan Islam terakhir di Andalusia setelah ratusan tahun memencarkan sinarnya ke seluruh penjuru Eropa hilang dan sirna. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
b. Masa kehancuran Penguasa muslim yang ada pada saat itu, tidak melakukan Islamisasi secara sempurna. Mereka hanya puas dengan upeti dari kerajaan-kerajaan Kristen taklukannya. Mereka membiarkan kerajaan-kerajaan itu mempertahankan hukum dan adat istiadat masing-masing. Akibatnya, kerajaan-kerajaan Kristen makin kuat persatuanya untuk bangkit melawan penguasa muslim. Sejak abad ke-10 orang-orang Kristen di barat telah menggalang persatuan untuk meruntuhkan keperkasaan dunia Islam dengan mengobarkan perang salib yang berlangsung selama 200 tahun(1099-1299M). Kelemahan kerajaan Andalusia pada akhir masa kejayaanya terutama dalam pertahanan, seluruh kekuatan ditumpahkan sepenuhnya untuk ilmu pengetahuan dan mengabaikan pembinaan pertahanan negara. Kelemahan inilah yang dimanfaatkan kaum Kristen di Andalusia.
Kekuasaan Islam di Andalusia telah banyak memberikan sumbangan yang tak bernilai harganya bagi peradaban dunia saat ini, tetapi imperium yang begitu besar akhirnya mengalami nasib yang sangat memilukan. Ada dua faktor penyebab kemunduran yang akhirnya membawa kehancuran islam di Andalusia.
a. faktor dari dalam (internal)
1. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai dari periode Abd. Rahman III yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, yaitu Hakam. Sang penguasa yang cinta ilmu pengetahuan dan kolektor buku serta pendiri perpustakaan. Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaaan politik dan ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan. Keadaan negara yang stabil dan penuh kemajuan ini tidak bertahan lagi setelah Hakam II wafat dan digantikan hisyam II yang baru berusia 11 tahun. Dalam usia yang sangat muda ini, ia diharuskan memikul tanggung jawab yang amat besar, karena tidak mampu mengendalikan roda pemerintahan, jalannya pemerintahan dikendalikan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhammd Ibn Abi Umar (Hakim agung ketika itu) yang ambisius dan haus kekuasaan. Sejak saat itu Khalifah hanya dijadikan sebagai boneka oleh Muhammad Ibn Abi Umar dan para penggantinya. Ketika Muhammad Ibn Abi Umar, ia diganti oleh anaknya, yaitu Abd. Malik Al-Muzaffar dan pengganti Al-Muzaffar adalah Abd. Rahman, penguasa yang tidak punya kecakapan, gemar berfoya-foya, ia tidak disenagi rakyatnya, sehingga negara menjadi tidak stabil dan lambat laun mengalami kemunduran.
2. Tidak adanya ideologi pemersatu Pada saat Dinasti Umayyah berkuasa, tidak ada jalinan hubungan baik antara penguasa dan Muluk Ath-Thawif (Dinasti-dinasti kecil). Akibatnya, mereka sering kali melakukan gerakan yang merugikan, seperti pemberontakan dan pengacauan sehingga kekuasaan Bani Umayyah mulai melemah. Menurut data sejarah, kerajaan-kerajaan kecil yang berkuasa di Spanyol berkisar 20 kerajaan. Diantaranya, Bani Ibad, di Sevilla (1013-1091M), Bani Hamud di Malaga (1016-1035M), Bani Ziry di Granada (1021-1096M), Bani Hud di Zaragoza (1039-1142M) dan yang terkenal adalah Bani Zun Nun yang menguasai kota Toledo, Valencia, serta Mursia. Disamping itu, adanya orang-orang Non Arab yang merasa dikucilkan, yaitu kelompok Ibad dan Muwaladun yang telah masuk Islam, kurang dihormati. Oleh karena itu, mereka sering kali mengadakan pemberontakan yang berdampak menggoyahkan stabilitas politik kekuasaan bani Umayyah di Spanyol.
b. faktor dari luar (eksternal)
1. Serangan bangsa Kristen Bangsa Kristen Eropa ynag merasa tanahnya dijajah oleh orang-orang Islam, selalu mengadakan serangan untuk mengambil alih kekuasaan. Mereka mengadakan persatuan untuk mengusir umat Islam dari Spanyol. Pada masa awalnya keinginan mereka tidak berhasil di wujudkan. Hal itu disebabkan karena kekuatan umat Islam masih besar. Tetapi, setelah umat Islam lemah mereka mengadakan serangan, terutama setelah munculnya kerajaan-kerajaan Islam kecil.
2. Timbulnya semangat orang-orang Eropa untuk menguasai kembali Andalusia Untuk menguasai kembali Andalusia. Sebenarnya sudah lama keinginan bangsa Eropa Kristen merebut kembali tanah air mereka dari tangan para penguasa muslim. Akan tetapi keinginan itu belum dapat diwujudkan, karena umat Islam masih mempunyai kekuatan yang besar.kemajuan peradaban yang dicapai kerajaan islam di Andalusia, menyebabkan banyak orang-orang Kristen bukan penguasa merasa tidak perlu mengadakan perlawanan terhadap kekuasaan Islam, karena mereka merasakan betul manfaat dari kemajuan peradaban yang dicapai umat Islam. Akan tetapi setelah kekuasaan Islam mulai melemah, terutama pada saat munculnya kekuatan-kekuatan kecil di beberapa tempat yang mendirikan kerajaan-kerajaan kecil (muluk ath-thawaif), kekuatan kelompok Kristen Eropa, baru dapat memanfaatkan kesempatan itu untuk menyusu kekuatan agardapat mengalahkan kekuatan Islam. Melemahnya kekuasaan Islam secara politis telah dibaca oleh orang-orang Kristen dan tak disia-sia kan oleh pihak musuh untuk menyerang imperium tersebut. Pada tahun 1080 M, Alfonso dengan tiga kerajaan Kristen (Galia, Leon, Castile) berhasil menguasai Toledo dan Bani Zun Nun. Demikian juga krajaan Kristen Aragon berhasil merebut Huesea (1096 M) dan Kenida (1149M). Pada tahun 1212M, penaklukan Las Navas de Tolosa oleh koalisi raja-raja Kristen mengakibatkan dinasti al-muwahiddun yang selama beberapa waktu telah memulihkan keamanan negara, stabilitas politik, dan lain-lain harus menarik diri dari Spanyol. Sebagian besar kota penting yang dikuasai Islam satu-persatu jatuh ke pihak Kristen. Cordova jatuh pada tahun 1236 M, dan Sevilla pada tahun 1248 M. Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam adalah Granada di bawah pemerintahan Gani Ahmar. Awalnya, orang-orang Kristen membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang muslim harus membayar pajak pada penguasa Kristen. Akan tetapi, setelah terjadi perselisihan antara mereka dan telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek kekuasaan Dinasti Ahmar menjadi gelap. Di pihak lain terjadi konflik internal di tubuh Ahmar, yakni perebutan kekuasaan yang berakhir perang saudara dan dinasti menjadi terpecah. Pada awalnya, pada masa pemerintahan Bani Ahmar (1232-1492 M), terutama pada masa pemerintahan Abdurrahman An-Nashir, kekuatan dapat dipersatukan kembali. Akan tetapi setelah masa kekuasaannya, anaknya bernama Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan dari tangan saudaranya. Dalam pemberontakan itu ayahnya mati terbunuh, dan Muhammad Ibn Saad menggantikan kedudukan ayahnya sebagai raja. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada penguasa Kristen, Ferdinand dan Isabella untuk memerangi saudaranya. Permintaan itu dikabulkan dan dapat mengalahkan Muhammad Ibn Saad, lalu Abu Abdullah naik tahta. Akan tetapi, Ferdinand dan Isabella tidak merasa puas kalau hanya dengan pemberian hadiah, mereka berdua ingin merebut kekuasaan dari Abu Abdullah. Disusunlah kekuatan untuk mengadakan serangan kepada penguasa itu. Karena gencarnya serangan yang dilakukan kedua penguasa Kristen itu, akhirnya Abu Abdullah terpaksa mengakui kekalahan dan bersedia keluar dari Andalusia, dan kembali ke Afrika utara. Setelah penyerahan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella tahun 1492 M. berakhirlah kekuasaan islam di spanyol yang telah berkuasa tujuh setengah abad (758-1492M). Pada tahun 1556 M, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di seluruh wilayah Spanyol, bahkan pada tahun 1566, bahasa Arab tidak boleh digunakan di wilyah ini.
2.4 Pengaruh Perkembangan Islam Di Eropa Dalam masa kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kemajuan dan kejayaannya. Banyak prestasi yang mereka capai, bahkan pengaruhnya membawa bangsa Eropa dan kemudian bangsa-bangsa di dunia kepada kemajuan kebudayaan dan peradaban yang lebih kompleks. Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada saat ini, berimbas pada bangkitnya renaisans dunia barat pada abad pertengahan, sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan universitas Cordova, Toledo, sedangkan Sevilla berfungsi sebagai sumber asli kebudayaan Arab, Non Arab, Muslim, Kristen, Yahudi dan agama lain sampai beberapa abad kemudian. Cordova sebagai ibukota Spanyol merupakan pusat peradaban Islam yang tinggi yang dapat menyamai kemasyhuran Baghdad di timur dan Kairo di Mesir. Diantara kemajuan yang dicapai pada masa kekuasaan Islam di Spanyol adalah sebagai berikut :
1. Bidang pemerintahan/politik Ekspansi Islam ke Spanyol dan berhasil menanamkan kekuasan selama tujuh setengah abad lamanya. Ini merupakan suatu prestasi besar dari kekuasaan Islam di bidang politik. Umat Islam melalui para pemimpinnya yang kuat dan berwibawa, juga telah mampu menjalankan suatu sistem pemerintahan yang adil dan bijaksana, sehingga dapat diterima oleh masyarakat Spanyol, dimana merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan di tegakkkannya sistem pemerintahan yang adil dan bijaksana serta adanya toleransi beragama, komunitas-komunitas yang ada dapat bekerjasama dan menyumbangkan tenaga dan pikirannya dan kemajuan Spanyol. Sejak masa pemerintahan Abd. Ar-Rahman Ad-Dakhil, umat Islam di Spanyol mulai menampakkan kemajuan-kemajuan yang berarti di bidang politik dan peradaban. Abd. Ar-rahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar di Spanyol. Hisyam di kenal karena berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.
2. Bidang sosial budaya Masuknya kekuatan Islam sangat berpangaruh terhadap perkembangan kehidupan sosial-budaya masyarakatnya. Penguasa Islam tidak mematikan perkembangan kreativitas masyarakatnya, bahkan penguasa Islam memberikan dorongan yang kuat untuk mengembangkan kemampuan yang mereka miliki dengan leluasa dalam berbagai bidang kehidupan, selagi upaya kreatif itu tidak menyimpang dari norma dan kaidah Islam. Pemerintah Islam di Spanyol mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolekan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi, bahkan mereka diperbolehkan mendirikan gereja-gereja baru, biara-bira disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan bekerja sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawaan pada instansi militer.
3. Bidang intelektual dan ilmu pengetahuan Spanyol adalah negeri yang subur, kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (utara dan selatan), Al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika utara), Al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir, memberikan andil intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan ilmu pengetahuan, seni sastra, seni rupa, seni suara, seni ukir, seni bangunan, dan sebagainya. Dimana hal ini akan mendorong untuk terleksananya pembangunan fisik di Spanyol yang bekas-bekas masih ada sampai sekarang.
a. filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Spanyol Islam telah merintis pembangunannya sekitar abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad Ibn Abd. Rahman (832-886M). Namun, usahanya belum banyak membuahkan hasil. Kemudian dilanjutkan Al-Hakam (961-976M), dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan filosofis dari timur dalam jumlah besar. Dengan berbagai upaya yang dilakukan dan adanya dukungan politis dari penguasa, akhirnya Cordova mampu berdiri sejajar dengan Baghdad sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Kemajuan ini merupakan jembatan ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa. Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad Ibn As-Sayiqh yang lebih dikenal dengan Ibn Bajjah. Ia lahir di Zaragoza, terus ia pindah ke Sevilla dan Granada dan meninggal di Fez tahun 1138 M, karena keracunanan. Karya besarnya adalah An-nafs dan Risalah Al-Ittisal. Tokoh kedua adalah Abu Bakar Ibn Tufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut pada tahun 1185 M. Melalui berbagai karyanya, ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi, dan filsafat. Karya filsafat yang masyhur berjudul Hay Ibn Yaqzhan dan karya terbesarnya adalah Tahafut At-Tahafut. Para filosof lainnya adalah Ibn Maimun, Ibn Arabi, Sulaiman Ibn Yahya, juga Ibn Rusyd yang juga dikenal ahli fiqh.
b. Sains
Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan sains. Dalam bidang matematika, pakar yang terkenal adalah Ibn Sina. Selain ahli dalam bidang tersebut, ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli ekologi. Bidang matematika juga melahirkan nama Ibn Saffat dan Al-Kimmy, keduanya juga ahli dalam bidang tekhnik. Dalam bidang fisika, dikenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang meletakan dasar ilmu kimia dan menolak kegunaan yang bersifat takhayul, dia jugalah yang menemukan rumusan klasifikasi binatang, tetumbuhan, numerial. Ar-razi membuat sejumlah substansi dan proses kimiawi, sebagian darinya seperti distilasi dan kristalisasi yang sekarang digunakan.
Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas, juga dikenal Ibrahim Ibn Yahya An-Naqosh. Yang pertama dikenal sebagai penemu pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan berapa lamanya. Dan ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad Ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Umm Al-Hassan bint Abi Ja`far dan saudara perempuannya, Al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita. Selain itu, Zahrawi ahli dalam bidang kedokteran adalah yang menemukan pengobatan lemah syahwat, pembedahan, dan lain-lain
c. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini dibuktikan dengan dijadikannya bahasa ini menjadi resmi, bahasa pengantar, bahasa, ilmu pengetahuan, dan bahasa administrasi. Berangkat dari kenyataan tersebut, lahirlah para tokoh atau pakar dalam bidang bahasa dan sastra, seperti Al-Qali dengan karyanya Al-Kitab Al-Bari fi Al-Luqoh, Az-Zubaidy ahli tata bahasa dan fisiologi, Ibn Abd Rabih dengan karyanya Al-`Iqd Al-Farid, Ibn Bassam dengan karyanya Al-Dzakhirah fi Mahasin Ahlal-Jazirah, al-fath ibn khaqon dengan karyanya kitab al-qalaid dan masih banyak lagi.

d. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, Islam melahirkan banyak ilmuwan terkenal. Ibn Zubair (1145-1228M) dari Valencia, yang telah menulis sejarah tentang negeri-negeri muslim Mediterania serta Sicillia. Ibn Batutah dari Tangier (1304-1377M) mencapai Samudra Pasai dan Cina. Ibn Al-Khatib (1317-1374M) menyusun riwayat Granada. Adapun Ibn Khaldun dari Tunis adalah seorang perumus filsafat sejarah dalam bukunya muqaddimah. Para sejahwan tersebut semula bertempat tinggal di Spanyol dan kemudian pindah ke Afrika.
e. bidang fikih
Umat Islam Spanyol dikenal sebagai penganut mazhab Maliki. Mazhab ini diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahman yang selanjutnya dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abd Rahman. Ahli-ahli fikih lainnya antara lain Abu Bakr Ibn Al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa`id Al-Baluthi, dan Ibn Hazm dengan karyanya Al-Mushala bi Al-Asar fi, fi Syah Al-Mujalla bil Ikhtisar dan Al-Hikam fil Ashul Ahkam. Adapun Ibn Rusyid, selain sebagai ahli filsafat, ia pun ahli fikih (hukum Islam) dengan bukunya Bidayah Al-Mujtahid wan Nihayah Al-Muqtasid.


f. Bidang Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan seni suara, Spanyol Islam memilki tokoh Al-Hassan Ibn Naïf yang dijuluki Zaryab. Ia mendirikan sekolah musik di Cordova yang kemudian menjadi model bagi sekolah musik lainnya yang bemunculan belakangan di Villa, Toledo, Valencia dan Granada. Ia juga terkenal sebagia pengubah lagu. Keahliaanya di bidang musik membekas hingga sekarang dan bahkan ia dianggap sebagai peletak dasar musik Spanyol modern. Sigrid Hunke dan Abd. Al-Mun`im Maguid menginformasikan bahwa ulama arablah yang memperkenalkan not lagu: do-re-mi-fa-so-la-si. Not itu diambil dari bunyi-bunyi huruf Arab; . س– ل– ص– ف– م– ر-د
4. Pembangunan fisik
Kemajuan pesat pada bidang intelektual tidak melalaikan para penguasa Spanyol Islam untuk memerhatikan pembangunan fisik. Dalam pembangunan fisik umat Islam, Spanyol Islam telah membuat bangunan-bangunan fasilitas, seperti perpustakaan yang jumlahnya sangat banyak, gedung pertanian, jembatan-jembatan air, irigasi, roda air, dan lain-lain. Jalan-jalan dan pasar dibangun sebagai pendukung perdagangan. Dan juga orang-orang Islam memperkenalkan pertanian padi, perkebuan jeruk, kebun-kebun, dan taman-taman. Disamping pertanian dan perdagangan, banyak industri yang berkembang, seperti tekstil, kayu kulit, logam, dan industri barang-barang tembikar.
Pembangunan fisik yang menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembanguanan kota, istana, masjid, dan taman-taman kota. Diantara bangunan yang megah adalah mesjid Cordova, kota Az-Zahra, tembok Toledo, istana Al-Makmur, istana Al-Ja`fariyah di Zaragoza, mesjid Sevilla, dan mesjid Al-Hambra di kota Granada. Philip K. Hitti menyebutkan bahwa di Cordova terdapat 700 masjid dan 300 buah pemandian umum. Kemudian, istana Raja Az-Zahra mempunyai 400 buah ruangan. Istana megah itu sengaja dibangun di kaki gunung dan menghadap sungai Guadalquivir yang di atasnya terdapat jembatan yang melintasi sungai tersebut dengan konstruksi lengkung sebagai penyangga. Dan istana Al-Hambra dengan gaya arsitektur yang sangat tinggi, yang dirancang oleh para arsitek terkemuka dunia. Kemajuan pesat yang diraih umat Islam Spanyol, khususnya dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, merupakan sebuah proses panjang yang didukung oleh faktor kerja sama yang baik antara para sarjana dan intelektual muslim dengan didukung oleh kebijakan pemerintah serta kemmpuan ekonomi serta semangat keberagaman dan persaudaraan yang kuat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar