Minggu, 20 Mei 2012


PENYEBAB KEHANCURAN ISLAM DI ANDALUSIA

1. LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam proses masuknya Islam ke Andalusia terdapat dua proses yang mempengaruhinya, yaitu proses kebudayaan dan proses politik. Proses kebudayaan, yaitu daya tarik yang dimiliki peradaban Islam yang menyebabkan masyarakat di luar Islam berkeinginan untuk mengembangkannya. Orang-orang Eropa tertarik dengan ukhuwah, semangat jihad, kepemimpinan, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Dari proses politik, orang-orang Eropa dapat mengenal Islam melalui hubungan antarpemimpin negara atau para utusan masing-masing negara. Andalusia pada masa itu diperintah raja yang kejam, pemerintahan Gotia yang kurang disenangi rakyatnya. Sejarah mencatat ada dua faktor yang mendukung masuknya Islam ke Andalusia, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi kepemimpinan Gotia yang kurang disenangi rakyatnya dan faktor ekstern meliputi adanya perlawanan oleh kelompok agama atau pemeluk agama yang berbeda dengan agama yang dikehendaki Raja Gotia yaitu agama Kristen.
Umat Islam mulai menaklukan semenanjung Iberia (Andalusia) gerbang barat daya Eropa, pada zaman khalifah Bani Umayyah Al-Walid bin Abdul malik (86-96H/705-715M). Dengan seizin khalifah, pada tahun 92H (711M) Musa bin Nusair Gubernur Afrika utara, mengutus Thariq bin Ziyad untuk datang memenuhi permintaan rakyat Andalusia. Thariq yang keturunan Barbar itu melakukan penyerangan ke Spanyol pada tahun 711M. Saat itu di Andalusia, terjadi perebutan kekuasaan di kerajaan Gotia, yang akhirnya di menangkan Rodherick. Setelah itu muncul pemberontakan yang dilakukan kelompok Witiza dan kelompok Julian, yang juga masih bagian kerajaan Gotia.
Raja Witiza tewas karna tidak mampu menghadapi serangan dari Rodherick. Kemudian putra Witiza Graff Julian meminta bantuan kepada kaum muslimin.
Laskar Islam yang dipimpin oleh Thariq bin ziyad berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang dalam menghadapi Rodherick di XERES pada tahun 712M. Kemudian disusul Musa bin Nusair dengan membawa bala bantuan sebanyak 18.000 orang. Sejak itulah Andalusia menjadi salah satu Provinsi kerajaan Bani Umayyah di Damaskus. Dalam waktu 7 tahun hampir seluruh Andalusia dapat direbut tentara Islam.
Pada tanggal 15 Mei 756M, Abdurrahman Ad-Dakhil akhirnya memproklamirkan berdirinya Imarah Umayyah II Di andalusia. Abdurrahman Ad-Dakhil tidak menggunakan gelar khalifah, tetapi amir. Secara tidak langsung masih mengakui bahwa kekhalifahan dipegang Bani Abbasyiyah. Gelar khalifah di Andalusia pertama kali digunakan Abdurahman An-nashir (Abdurrahman III), bersamaan dengan meninggalnya khalifah Bani Abbasyiyah Al-Muqtadir di Baghdad pada tahun 929M.
Pada masa keamiran di bawah pemerintahan Abdurahman Ad-Dakhil, peradaban Islam di Andalusia mulai berkembang, bahkan berhasil mencapai kejayaan. Dengan pusat pemerintahan di Kordoba, Umat Islam mampu mengembangkan sebuah peradaban yang tinggi di Eropa, dimana pada masa itu bangsa Eropa sedang mengalami kemunduran peradaban. Akibat selanjutnya adalah peradaban umat Islam mampu mempengaruhi bagi perkembangan peradaban bangsa Eropa.
Setelah Abdurahman Ad-Dakhil meninggal pada tahun 172H (788M), kekuasaan diteruskan oleh anak dan keturunannya, yaitu berturut-turut dari Hisyam bin Abdurrahman (Hisyam I) (788-796M), Hakam bin Hisyam (Hakam I) (796-822M), Abdurrahman II (822-852M), Muhammad (852-886M), Munzir (886-888M), Abdullah (888-912M), Abdurahman An-Nashir (Abdurahman III) (912-961M), Al-Hakam Al-Muntasir (961-976M), Hisyam Al-Muayyad (976-1009M), setelah itu terjadi 14 kali pergantian khalifah yang pada umumnya melalui kudeta. Khalifah Hisyam III dan Ibn Muhammad III yang bergelar Al-Mu’tadi (1027-1031M) dikudeta oleh militer dan Umayyah bin Abdurahman diminta untuk menjadi khalifah. Abu Al-Hazm bin Jawhar menghapuskan khalifah di Andalusia untuk selamanya, karena tidak ada lagi orang yang layak untuk menjadi khalifah. Kehancuran Dinasti Umayyah di Andalusia dilanjutkan oleh Murabitun, Muwahidun dan Bani Ahmar.
Murabitun berhasil mengusai Spanyol pada zaman Yusuf bin Tasyfin (1090-1106M), Ali bin Yusuf (1106-1143M) dan Tasyfin bin Ali (1143-1145M). Sedangkan Dinasti Muwahidun sempat menguasai Spanyol pada zaman Abd Al-Mu’min (1145-1163M), Abu Ya’kub Yusuf I (1163-1184M), Abu Ya’kub Yusuf Al-Manshur (1184-1199M), Muhammad An-Nasir (1199-1213M), dan Abu Ya’kub Yusuf II (1213-1236M). setelah itu, Spanyol dikendalikan oleh Bani Ahmar yang saling memerangi antara satu Dinasti kecil dengan Dinasti kecil lainnya (1236-1492M).
Dalam kurun waktu tujuh abad Islam berkuasa di Andalusia, umat Islam telah mengukir masa keemasannya di berbagai bidang. Banyak prestasi yang telah diukirnya, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan kemudian dunia pada kemajuan yang lebih kompleks. Kemajuan intelektual diantaranya: Bidang filsafat, Sains, Musik, Kesenian, Sejarah, Geografi, Fiqh, Bahasa dan Sastra. Kemajuan pembangunan fisik diantaranya; membangun bangunan yang mewah yaitu, Mesjid Kordoba, Kota Az-Zahra, Tembok Toledo, Istana Al-Makmur, Jembatan sungai Guadalquivir, Taman Munyal Ar-Rusafa, Mesjid Sevilla, dan Mesjid Al-Hambra di kota Granada. Selain itu, Sistem irigasi, Jalan-jalan dan Pasar. Disamping pertanian dan perdagangan banyak pula industri yang berkembang.
Karena pertentangan internal oleh Bani Ahmar yang saling memerangi antara satu Dinasti dengan Dinasti kecil lainya, tentara Kristen dengan mudah mengalahkan Islam di Spanyol sampai munculnya tragedi yang sangat merugikan umat Islam.
Tragedi tersebut terjadi Pada tahun 1499M. Pada waktu itu, Cardinal Ximenes de Cisnores mengunjungi Granada dan diskusi dengan para hakim dan ahli hukum disana. Hasilnya adalah Pada tahun 1502M, umat Islam di Granada di beri dua pilihan; masuk Kristen atau keluar di Spanyol. Umat Islam ketika itu mengalami penindasan yang semena-mena dari kaum Nasrani. Bahkan dalam peradilan gereja yang tidak mau masuk Nasrani, leher kaum Muslimin akan di potong, baik anak kecil, kaum wanita maupun orang tua.
Dengan penindasan yang sedemikian kejamnya itu jumlah kaum muslimin yang terbunuh di perkirakan sebanyak 3 juta jiwa. Setelah itu, umat Islam di Spanyol dapat dikatakan tidak ada lagi. Meskipun demikian, pada abad 20M, muslim di Spanyol mulai mendapat ruang untuk berkembang kembali.
Berangkat dari sana, penulis mencoba membahas masalah ini dengan mengambil judul “PENYEBAB KEHANCURAN ISLAM DI ANDALUSIA”

2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Apa faktor penyebab kehancuran Islam di Andalusia?
2. Bagaimana pengaruh bagi perkembangan Islam di Eropa?
3. TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, yang menjadi tujuan penulisan dalam penyusunan karya tulis ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian akhir mu`alimin Pesantren Persatuan Islam 80 Sindangkasih
2. Untuk mengetahui penyebab kehancuran Islam di Andalusia
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh bagi perkembangan Islam di Eropa

4. METODE PENULISAN
Dalam pembahasan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriftif dengan teknik literatur (kepustakaan)yaitu dengan mengumpulkan dan mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan masalah yag dibahas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar